kotabontang.net - Film Deadborn Di Tolak Wawali Bontang Karena Horor , Wawali Isro Umarghani didampingi Sekretaris Disbudpar Bontang Sutrisno bertemu dengan Tim Film Toko. Yakni, Rumah Produksi Film asal Belanda di Jakarta, Kamis (26/11). Pertemuan itu merupakan tindak lanjut tentang promosi Bontang yang sudah mengikuti Balinale Film Festival 2014 di Bali beberapa waktu lalu.
FILM Toko, menurut Josscy Aartsen selaku sutradara berkewarganegaraan Belanda ini mengatakan, sedang menyiapkan sebuah proyek film bergenre horor berjudul “Deadborn” dan tertarik untuk memproduksi film tersebut dan bekerja sama dengan Pemkot Bontang. Film itu sendiri rencananya akan di-release di akhir 2015.
Disampaikan Josscy bahwa Film Deadborn ini sendiri bercerita tentang sepasang suami-istri yang baru saja kehilangan bayi dalam kandungan sang istri karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Akibat kejadian tersebut, dia memutuskan untuk memulai hidup baru di sebuah rumah di tengah hutan untuk mencari ketenangan. Rumah baru tersebut ternyata membawa masalah tersendiri karena sang istri mengalami kejadian-kejadian misterius di luar nalar manusia.
Setelah diskusi, Wawali Isro Umarghani berterima kasih atas proposal kerja sama dari Film Toko. Namun, menurutnya, Pemkot Bontang saat ini tidak bisa menerima tawaran proyek pembuatan film untuk jenis horor karena sedang fokus pada penanaman pendidikan karakter bagi masyarakat Bontang.
“Penawaran tersebut bagus, tapi kami tidak bisa menerimanya karena sedang fokus pada penanaman lima nilai luhur. Yakni, jujur, sabar, antusias, cinta, dan peduli. Pemkot Bontang sudah melakukan beberapa TFT mengenai nilai-nilai luhur tersebut kepada pegawai di lingkungan Pemkot Bontang, termasuk kepada ketua RT dan remaja. Sekarang kita ingin membuat visualisasi nilai-nilai luhur dalam sebuah film pendek atau dokumenter saja,” terangnya.
Wawali menjelaskan, salah satu tujuan dari visualisasi tersebut adalah agar konsep nilai berbudi luhur dapat semakin mudah dipahami, dapat menginspirasi serta memotivasi lebih banyak orang, apalagi rencananya film tersebut nantinya dapat diakses tidak hanya di Bontang saja, melainkan di seluruh Indonesia bahkan mungkin mancanegara. -kaltimpost-