-->

Kamis, 18 September 2014

Tihi-tihi : Wisata Perkampungan Atas Laut Kota Bontang

kotabontang.net - Tihi-tihi : Wisata Perkampungan Atas Laut Kota Bontang

Desa Selangan dan Tihi-tihi
Terletak di selatan Kota Bontang, desa tersebut merupakan destinasi wisata keramba. Letaknya berada di tengah-tengah selat Makasar. Disini, para nelayan tradisional membudidayakan rumput laut yang hasilnya dipasarkan ke Surabaya, Jakarta hingga Jepang. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit menggunakan kapal untuk mencapai desa tersebut.
Sumber : Wisata Bontang
Wisata Keramba desa selangan dan tihi-tihi - Desa selangan dan tihi-tihi merupakan sebuah desa yang terletak di selatan kota bontang. Desa ini berada di tengah-tengah lautan (selat makassar). Desa selangan dan tihi-tihi merupakan desa wisata keramba, dimana nelayan tradisional disini membudidayakan rumput laut. hasil dari rumput laut ini di ekspor Surabaya, Jakarta hingga ke Jepang. Untuk mencapai ke desa selangan, membutuhkan waktu + 45 menit menggunakan kapal.

Perkampungan Terapung Bontang: Dari Laut Kami Makan, Di Laut Kami Hidup

Di mana tempat memberi hidup di situlah tempat paling cocok untuk ditinggali, bahkan di tengah laut sekalipun. Berangkat dengan tekad mencari nafkah, lebih dari dua puluh tahun lalu Pak Ido bersama ke empat temannya mengarungi Selat Makassar dan memutuskan tinggal di tengah Laut Bontang. “Kami tinggal di sini merantau mencari hidup, awalnya yang tinggal di sini hanya berempat saja,” kisah lelaki paruh baya asal Mamuju, Sulawesi Barat.

Berbekal papan dari kayu bakau, Pak Ido dan rekannya membangun rumah beratapkan rumbia. “Setelah ada uang sedikit-sedikit, barulah kami bisa membeli atap seng,” terang Ketua RT yang kini disebut Tihi-tihi. Kini, Tihi-tihi memiliki penduduk yang cukup banyak, yaitu sekitar 48 KK dengan 30 rumah kayu. “Penduduk di sini semakin banyak, selain keluarga juga masih banyak pendatang yang ikut tinggal di sini, tapi semuanya berasal dari Mamuju dan Bugis,” tambahnya.

Meski jarak Tihi-tihi dengan Pesisir Bontang tidak terlalu jauh, namun penduduk Tihi-tihi tidak berminat untuk tinggal di daratan. “Di daratan kami tidak punya kerjaan, karena matapencaharian dari laut. Karena laut yang memberi kami hidup, maka kami lebih suka tinggal di laut,” kata Pak Ashar yang juga salah satu pendiri perkampungan ini. “Di darat kami tidak punya tempat. Jangankan rumah, tanah sedikit saja harus beli.”

 Walau Laut Bontang termasuk tenang dan tidak berombak tinggi, namun penduduk yang bermukim di tengah laut tetap tak luput dari bahaya terjangan angin kencang. Kerusakan yang terjadi tentu tak bisa dielak, seperti rusaknya ata-atap rumah yang terhempas angin. “Dulu sempat 20 rumah rusak diterjang angin, tak hanya atap rumbia tapi atap seng pun tetap terlempar,” papar Pak Ido yang rumahnya tetap asli seperti 20 tahun lalu dan beratap rumbia.

Layaknya sebuah perkampungan di darat, perkampungan terapung ini telah memiliki fasilitas umum yang cukup lengkap, seperti jembatan yang terbuat dari kayu Ulin, sekolah dan juga masjid. Penampungan air tawar pun telah disediakan, umumnya berkat bantuan berbagai perusahaan maupun Pemerintah Kota Bontang. “Untuk air tawar, kami beli dari darat lalu ditampung bak besar. Masyarakat kalau mau pakai harus beli lagi perjerigen,” ungkap Pak Ido.

Menurut keduanya, awalnya seluruh penduduk Tihi-tihi mengandalkan hidup dari menangkap ikan. Tapi sekarang ikan sulit didapat, sehingga mereka beralih ke budidaya rumput laut. “Mencari ikan untuk makan sehari-hari saja,” tukas Pak Ashar dan Pak Ido yang mengharapkan bantuan penambahan tempat penjemuran rumput laut. “Kalau sedang panen, semua jembatan dan halaman rumah penuh dengan rumput laut sehingga sering terinjak-injak,” jelas keduanya.

Tihi-tihi hanyalah salah satu perkampungan terapung di Laut Bontang, perkampungan serupa kini mulai banyak ditemui dan letaknya menyebar tak jauh dari Pesisir Bontang, seperti Selamba, Melahi, dan Selangan. Dibanding Tihi-tihi, Selangan telah lebih dulu ada. “Selangan sudah ada sebelum Tihi-tihi, sudah ada sejak orang-orang tua yang sekarang sudah meninggal semua,” tutur Pak Refni yang termasuk pendatang di perkampungan ini.  

Yang berbeda dari Tihi-tihi, jumlah penduduk Selangan lebih sedikit dan berasal dari berbagai suku, meski sebagian besarnya berasal dari Suku Bajau. Selain nelayan dan budidaya rumput laut, penduduk Selangan lebih menggantungkan diri dari hasil Keramba Ikan Kerapu dan Baronang. “Hasil menangkap ikan dan rumput laut sangat kecil, jadi banyak yang beralih usaha,” lanjut Pak Refni yang mengaku cukup sering menerima tamu dari Bontang yang ingin menyantap ikan bakar.

Selangan memang telah ditetapkan sebagai lokasi Wisata Keramba, tak heran bila perkampungan terapung ini banyak menerima tamu yang datang berkunjung dan memesan ikan bakar. “Tak hanya ikan yang dari keramba, ikan dari laut pun akan kami carikan. Tapi harus beberapa hari sebelumnya, karena sekarang mencari ikan tidak gampang,” ucap pria 30-an tahun yang tetap bertahan tinggal di Selangan karena tidak kuat membeli tanah, “Lokasi di Bontang Kuala saja sekarang sudah mahal,” pungkasnya.
Sumber : rahmimenulis.blogspot.com/2013/03/perkampungan-terapung-bontang-dari-laut.html

Previous
Next Post »